Decision

I’m Mad . . . Again.

Sekitar seminggu ini entah kenapa perasaanku nggak enak. Nggak plong. Nggak baik-baik aja.

Entah kenapa.

Dan entah kenapa juga, malam ini, tiba-tiba aja aku mikirin hal yang PALING BISA bikin aku bete setengah hidup cuma dalam hitungan detik.

Tentang kenapa aku kuliah di jurusan I.K. dan kenapa aku masih bertahan sampai saat ini.

Ini adalah hal yang paling menyebalkan buatku, karena sejak awal emang aku SAMA SEKALI nggak ada minat kuliah di sini. Tanya kenapa? Karena dulu, waktu udah SMA kelas 3, tinggal menanti masa-masa lulus dan mikirin calon universitas, jurusan yang aku mau DITOLAK MENTAH-MENTAH sama ibuku.

Alasannya? ‘Mau kerja apa nanti kalau lulus dari jurusan itu?’. BASI broooooooo~

Tapi dungunya aku waktu itu, nggak mempertahankan keinginanku dan dengan sepersekian-persen-hati aku cari jurusan lain yang LAPANGAN KERJANYA LUAS. Now that I think about it, really sounds stupid. Kan bukan JURUSANnya yang menciptakan lapangan kerja LUAS, tapi pinter-pinternya si lulusan aja. Mau dari jurusan mana pun, kalau emang si lulusan nggak pinter cari kesempatan ya sama aja.

Tapi dulu aku terlalu bodoh dan malas untuk berdebat.

Sebenernya, setelah ketrima di jurusan I.K., aku nggak serta-merta bisa beradaptasi dan nerimo nasib. Udah beberapa kali aku bilang ke ibu kalau aku nggak betah, nggak kuat, buntu, sumpek dll kuliah di I.K., tapi sejumlah keluhanku pula aku ditolak dengan alasan, “Udah terlanjur..ibu juga nggak punya uang buat kamu pindah jurusan.”

Begitulah kira-kira jawaban ibuku.

And that made me got even mad. Mad at her, mad at myself.

Dan sekarang aku masih di sini, semester molor dari jurusan yang SAMA SEKALI nggak aku minati. Menjalani kuliah dengan hati yang bahkan nggak lebih dari seperempat. Menghadapi skripsi dengan topik yang bahkan aku sendiri nggak yakin apakah bisa diteliti. Nggak ada ‘pecut’ dan dorongan yang mempan. Sesekali ada kata-kata dari orang terdekat yang sanggup membuatku malu karena nggak ‘bergerak’ sedikit pun. Tapi kata-kata itu cuma sanggup menampar, tapi nggak cukup kuat buat ndorong aku.

Atau setidaknya, keenggananku lebih kuat daripada ‘tamparan-tamparan‘ itu.

Sekarang ini, kalau ada yang tanya ‘kapan lulus?‘ atau ‘abis gini mau kerja apa n di mana?‘….aku selalu jawab ‘nggak tau‘ dengan cuek, seolah yang dipertanyakan bukan tentang diriku sendiri.

Ya, rasanya ini bukan seperti hidupku sendiri. Dikendalikan. Boneka.

Jadi ingat puisi Kahlil Gibran:

Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.

Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.

Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.

Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.

Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

Lulus apa? Sudah untung IPK-ku masih 3. Kerja apa? Dulu aku punya mimpi, banyak mimpi, sekarang pun masih. Tapi nggak sejelas dulu. Sekarang sudah buram, nyaris gelap. Tiap ibu atau mbakku ngomongin kerja, omongannya SELALU tentang PNS.

Aku penasaran apakah di dunia ini nggak ada pekerjaan selain jadi PNS.

Mungkin aku terlalu lebay, mendramatisir kehidupan sendiri, merasa seperti Bawang Putih. Tapi begitulah yang aku rasakan.

Jadi, kalau suatu hari aku lulus dari jurusan I.K., menyelesaikan skripsiku, berarti itu adalah sebuah keajaiban besar. Karena aku bahkan nggak berpikir aku bisa lulus dari sini. Mungkin aku drop out, diusir dari rumah, lalu cari kerja serabutan. Dan mungkin aja dalam masa-masa itu aku berkali-kali mencoba bunuh diri.

Who knows.

Aku bahkan nggak berpikir keajaiban itu ada, kalau memikirkan hal ini.

FPI Bagi-Bagi Takjil

Pertama-tama, please….jangan pikir aku pendukung FPI. Don’t judge a story by its title (peribahasa baru). Dan jangan pikir tulisan ini ada hubungannya dengan FPI. Mmmm….tapi ya, terserah deh kalo yang terakhir itu~

Jadi, Rabu minggu lalu, tepatnya tanggal 10 Juli 2013 yang tidak lain dan tidak bukan adalah hari pertama puasa sesuai keputusan pemerintah, aku nonton di Sutos bareng Anpanman yang kelebihan cutinya. Nonton Monster University yang sukses bikin aku memicingkan mata di awal-awal pemutaran……karena si Randy Boggs terkutuk itu!! =3=”

Sudahlah, mari kita skip cerita Monster University karena emang nggak ada hubungannya. Jadi, karena lagi puasa n itu juga puasa pertama, Anpanman mutusin buat buka puasa di rumah masing-masing dulu, dan maka dari itu, berangkat n pulang pun sendiri-sendiri (karena nonton yang sore).

Jadi, waktu itu abis nonton langsung pulang, sekitar jam 4 sore. Aku n Anpanman pulang searah lewat Mayjend. Sungkono, terus pisah karena aku lewat Golden City, sementara Anpanman lewat bunderan-entah-apa-namanya. Cerita dimulai pas aku mau belok ke jalan seberangnya Golden City.

Jam segitu Mayjend. Sungkono macet emang udah biasa, tapi kalo jalan seberang Golden City macet…..itu luar binasaaaaa~!! Agak lebay sih, hehe. Tapi emang aneh sih, selama ini lewat sana nggak pernah macet gitu. Tapi karena udah terlanjur lewat sana, ya aku terusin daripada balik jauh-jauh ke Sutos lagi.

Eh, belum ada 10 meter maju, udah liat pengendara motor balik arah. Aku udah mikir, jangan-jangan jalannya ditutup! Tapi ada apaan? Tapi karena aku liat masih ada juga orang-orang yang nggerombol di sana, aku pun maju lagi. Pemandangan mulai agak jelas. Ada beberapa polisi, ada spanduk, ada beberapa orang pake peci.

Wohh, apaan nih?? FPI demo di sini?? >>sungguh pemikiran bodoh, karena ngapain juga FPI demo di tempat yang bukan jalan utama gitu =.=a

Tapi aku tetep jalan terus, masih pelan-pelan, karena ternyata jalannya nggak seluruhnya diblok sama ‘FPI demo’ itu. Polisi ngasih separuh jalan buat dilewatin. Aku pun lewat, pelan-pelan karena orang di depanku jalannya juga pelan.

Lewat belum ada 5 meter, pandangan agak lebih jelas. Ternyata bukan FPI demo, tapi polisi razia!! Oh, pantes tadi ada orang yang balik arah 😮

Tapi kenapa polisinya ada yang ngasih jalan buat dilewatin dan nggak semua pengendara motor dirazia?

Karena heran, aku pun jalan sambil tetep merhatiin ‘polisi razia’ itu. Pelan-pelan…..sambil merhatiin….sampe di ujung ‘razia’……lalu penyesalan pun seperti biasa…..datang terlambat….. #agakdrama

SHIT!! Ternyata itu polisi-polisi lagi bagi-bagi TAKJIL!! TIDAAAAAAKKK~!! XO *gali tanah di TMP sebelahnya*

Ah, tau gitu tadi aku terobos itu ‘FPI demo’….. T^T 😥

Btw…..kalo orang yang balik arah tadi tau kalo itu bukan FPI demo ato polisi razia, pasti dia lebih nyesel lagi, hahaha~ :LOL:

Dan ternyata, pas hari Sabtu aku mau kencan ma Anpanman (ups, puasa! :p ), aku liat lagi ‘FPI demo’ itu di beberapa jalan kayak A.Yani ato Darmo. Ternyata mereka ada di mana-mana, tiap hari kayaknya. Jadi, yang lagi ‘kanker’ tapi pengen buka puasa gratis yang enteng-enteng, keliling Surabaya aja deh di jam-jam mau buka puasa gitu, hehehe :p

Baby’s 1st School Day!

Hey~!!

Ini hari pertama Suki sekolah! Yay~!! 😀 *joget pake pompom*

Karena Suki lebih sering tinggal di rumahku daripada di rumahnya sendiri, dia pun didaftarin ibunya di sekolah deket rumahku. Sekolah Islam, yang bisa dibilang privat karena 1 kelas isinya cuma 10 orang (ato sekarang rata-rata sekolah muridnya cuma segitu ya?). Jadi seragam sekolahnya ya baju muslim gitu, dan kebesaran dipake Suki (padahal itu udah ukuran paling kecil)~ XD #ngakak

Gambar Gambar Gambar

Oh iya, Suki sekarang masuk TK. Awalnya mau dimasukin PG dulu, tapi ternyata berdasarkan tes yang dikasih pihak sekolah, Suki udah bisa masuk TK. Cuma ya gitu deh jadinya……..dia paling kecil. Bahkan kata mbakku pas nganter tadi, dikira guru yang nyambut murid-murid baru di sana Suki masih PG! XDD #ngakakndlosor

Tapi yaaaa…namanya juga Suki. Di rumah aja banyak tingkah n cerewet abis, tapi kalo di lingkungan baru ato ketemu orang baru malah diem banget. Keliatan cool gitu. =______= *itu semua dusta*

I hope Suki’s school life will be fun from now on! 😀

Kesesatan yang Sia-Sia

Hai hai, lama tak jumpaaaa~ 😀 *nyapa blog*

Maaf ya lama nggak ngeblog, bukannya nggak ada yang bisa ditulis, cuma males aja nulisnya, hehe :p

Jadi, sebagai pembuka setelah entah berapa lama aku nelantarin blog ini, aku akan cerita pengalaman nyasar di Bangkalan, Madura.

Lhoh, kok bisa??

Ya bisa aja…sama aku apa sih yang nggak bisa. Nyasar apalagi. Haha. #plak

Jadi suatu hari di bulan Juni, tepatnya hari Senin tanggal 10 Juni 2013 (mubadzir ya bilang ‘suatu hari di bulan Juni’, haha 😛 ), aku n temen-temen kuliahku yang ambil matkul Fotografi Jurnalistik (FotJur) dijadwalkan hunting foto buat UAS. Ke Bangkalan, Madura, tepatnya ke Gunung Kapur. FYI, aku kuliah di Unair dan jadwal UAS seharusnya akhir Juni. Tapi karena dosen FotJur kami fotografer senior yang super sibuk, jadi deh UAS ngikut jadwal dosen. Gak papa sih, toh UAS-nya hunting foto, bukan nulis esai ribuan kata. Hehe :p

Gambar

Tanpa aku ketahui sebelumnya, sebenernya hari itu aku udah masuk hari ke-3 sakit tipes. Tapi karena aku kira cuma masuk angin biasa (karena mesti mual-mual n aku nggak bilang ibuku kalo tiap malem badanku panas), jadilah aku dengan santainya berangkat ke Madura setelah sebelumnya koin 100 tipis besar meninggalkan banyak goresan di punggung. Berangkatnya bareng-bareng, tapi kendaraan sendiri-sendiri karena njadwalin hunting fotonya aja seminggu sebelumnya. Alhasil, aku pun naik motor boncengan ma temenku, Della. Sebenernya takut tiba-tiba terhempas dari Suramadu gara-gara ketiup angin, tapi karena gak tau siapa yang bakal bawa mobil, jadi ya nekat deh. Toh dosen n si asdos juga naik motor, aku mbuntut pas di belakang mereka.

Perjalanan ngelewatin Suramadu baik-baik aja, kecuali rute dari kampus ke Suramadu yang diambil ma si asdos ternyata kejauhan bangeeeeeeeeeeeettt (sungguh menghabiskan tenaga, waktu, dan bensin). Tapi setelahnya……aku gak kenal lagi sama yang namanya ‘Baik-Baik Aja’. Bensin menipis, dan gak tampak tanda-tanda SPBU di sekitar jalan yang kulewatin. Jalannya luruuuuussss….lebaaaarrr….sepi. Mampus. Aku yang awalnya masih tenang lama-lama ikutan ketar-ketir kayak Della. Akhirnya, pas udah mulai masuk pinggiran Bangkalan, yang mana jalanannya udah mulai tampak rame, aku pun nyerah nunggu nyampe SPBU n berenti beli bensin eceran di pinggir jalan.

Aku n Della berenti di pinggir jalan beli bensin, dan yang lain………..BABLAS.

Karena mikir bakal masih banyak temen yang ada di belakang (karena beberapa temen berangkatnya nyusul), jadi aku agak santai. Tapi cuma sampe yang ngisi bensin kelar. Karena nggak tampak juga temen-temen yang lain, maka aku nerusin perjalanan dengan modal nekat. Setelah Tanya si penjual bensin ke mana kalo mau ke Gunung Kapur, kami pun lanjut.

Setelah beberapa menit nerusin perjalanan, yang mana jalan semakin sepi, cuma dikelilingi sawah-sawah, aku pun minta Della tanya ke salah satu temen, Orrind. Sebelumnya aku udah mikir gimana kalo pulang aja, tapi karena diingetin Della ini buat UAS, maka aku pun….’Okelaaah~’ dengan lesunya. Della sendiri mikir jangan-jangan kami nyasar karena paginya dia ngetawain Mey yang ketinggalan bus rombongan matkul CSR yang mau PKL ke perusahaan-entah-apa di Perak.

Back to the topic. Setelah ngabisin 15 menitan sms ma Orrind sambil jalan pelan-pelan karena ragu dan mulai basah karena gerimis yang semakin rapet, akhirnya aku meyakinkan diriku yang tadinya ragu: KAMI EMANG KESASAR!!

Aku pun puter balik ke jalan yang kami lewatin tadi, untung lurus doang…. T^T

Setelah itu aku minta Della terus smsan ma Orrind tanya arah jalan yang bener, sambil kami berdua juga tanya orang di pinggir jalan kalo pas si Orrind balesnya agak lama. Kesesatan itu berjalan entah berapa lama, kalo setengah jam ya lebih mestinya….~.~ #ndlosor *nembakin suar ke langit* *melambaikan tangan ke kamera-kamera*

Akhirnya, setelah jalan ngikutin petunjuk Orrind n tanya penjual bensin, warga sekitar, polisi, penjual pentol, penjual buah n gak inget apalagi…..di sebuah jalan, di mana ancer-ancernya adalah UD Maju Makmur, aku n Della pun selamat! Bukan karena akhirnya kami nemu rombongan, tapi nemu 1 asdos lain (asdosnya ada 2) yang emang berangkat nelat! Huahahahahahaa…..sujud sembah~ TuT *nangis darah*

Ternyata, si asdos telat yang juga dapet petunjuk arah dari Orrind pun jalan, kami berdua mbuntutin, hehe. Nggak sampe 5 menit, eh ketemu lagi 2 temen yang juga boncengan! Terus beberapa menit nerusin jalan, ketemu lagi ma 4 temen, yang salah satunya adalah Orrind dibonceng temen lain. Ternyataa……aku n Della nggak nyasar sendiriaaaaaaannn~!! XD #terharu *bukan cuma aku yang bisa kesasar*

Oke, jadi, penyebab kesasar pertama adalah karena mereka berangkat telat. Kedua, ternyata banyak jalan menuju gunung kapur, tergantung mau ke desa apa. Dan ketiga, ternyata nama desa yang disebutin ma temen-temen yang udah nyampe duluan itu salah. Yang disebut Desa Toroan, ternyata tanya ke banyak orang di sepanjang jalan……..NGGAK ADA YANG TAU DI MANA ITU DESA TOROAN. Ngok.

Karena pada pegel n laper, kami pun berenti di warung bakso yang nggak jauh dari jalan yang kami lewatin. Kami udah pada bete nggak nemu tempat yang dimaksud, bahkan makan bakso dengan santai. Bodo amat dah nyampe lokasi pas semua udah pada kelar hunting. Yang penting ngisi perut dulu.

Setelah makan, si asdos yang bareng kami nyoba lagi ngehubungin dosen. Setelah dikasih tau lokasinya, kami pun berangkat lagi. Tanya orang sekitar bentar, kami pun nyampe…………..nggak sampe 10 menit.

MEEEEN….ternyata dari warung bakso tadi udah deket banget!!

Gak papa deh, kan demi perut yang kelaparan, haha :p

Dan usut punya usut, begitu kumpul sama semua temen, kami dikasih tau kalo ternyata……………..di lokasi itu nggak ada obyek yang diharapkan! Sepi….SEPIII!! Jadi ternyata bapak dosen juga gak tau kalo ternyata di sana nggak ada apa-apa??!? *garuk-garuk Gunung Kapur*

Karena ternyata bapak dosen minta bantuan pemandu, kami pun disaranin si pemandu buat motret ke deket Pelabuhan Kamal, daerah besi-besi tua. Jaraknya dari lokasi kami saat itu……7 kilometer. Dan badanku udah kerasa mulai anget.

Oke. Oke.

Karena semua udah semakin pegel, ditambah bête yang menjadi-jadi, kami pun dikasih opsi motret ke deket Pelabuhan Kamal terus langsung pulang naik kapal, ato motret apa pun yang bernilai jurnalistik sepanjang jalan pulang lewat Suramadu, dan foto dikirim via email paling lambat besoknya jam 6 sore.

Keputusan diambil dari hasil voting.

Kami pun pulang lewat Suramadu.

Dan entah siapa aja yang fotonya bener-bener diambil di sepanjang jalan menuju Suramadu.

Ini UAS paling absurd, paling nggak terkoordinir, paling ngebetein sepanjang sejarah perkuliahan yang pernah kujalanin. Udah jadwalnya ndadak, berangkat sendiri-sendiri, di lokasi yang dituju nggak ada obyek yang diharapkan, terus buntut-buntutnya disuruh cari foto apa pun yang bernilai jurnalistik di sepanjang jalan menuju Suramadu??!? GENDHENG BE’E. =_______=”

Pulang, nyampe kos temenku ternyata cuma butuh 1,5 jam dari Gunung Kapur sesat tadi. Padahal pas berangkat makan waktu sekitar 3 jam! Imbuh nyasar soalnya.

Terus pas maghrib, badanku panas lagi.

Gara-gara denger adzan. #plak

BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop

BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop.

BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop

Ini giveaway yang kebetulan banget!
Pas lagi ngebet banget pengen baca Blue Romance-nya Sheva, pas lagi harus berhemat bulan ini, pas banget ada yang bikin giveaway novel itu! 😀
Selain Blue Romance, ada juga 1 novel lagi yang dijadiin giveaway, yaitu Autumn Once More yang di dalamnya ada karya aliaZalea, Anastasia Aemilia, Christina Juzwar, Harriska Adiati, Hetih Rusli, Ika Natassa, Ilana Tan, Lea Agustina Citra, Meilia Kusumadewi, Nina Addison, Nina Andiana, Rosi L. Simamora, dan Shandy Tan.
Yang lagi bernasib sama kayak aku, yang lagi pengen banget baca salah satu novel itu…ayok ikutan yooook~ 😀

Melihat Kembali

logoGAHop

Sudah setahun sejak aku menjadi anggota BBI, namun baru pertama kali ini aku mengikuti Event BBI Anniversary Giveaway Hop ini. Tahun lalu sebenarnya ingin ikut bergabung namun terhalang kesibukan dan merasa belum siap untuk menjadi host 😐

View original post 399 more words

Movie Review: Belenggu (Directed by Upi)

Pertama-tama, aku pengen bilang…..I HATE WATCHING THRILLER MOVIES! Banget!

Meskipun aku sering ngomong hal-hal sadis, tapi aku nggak pernah punya cukup nyali buat nonton film thriller (hahahaaaa ~.~). Tapi ada sebab kalo aku tiba-tiba liat film thriller, apalagi ngebet pake banget. Salah satu sebabnya adalah kalo aku tau film itu juga mengandung unsur psikologis. Kayak dulu niat banget download dan nonton ‘Yours Truly’, taun ini aku ngebet banget nonton ‘Belenggu’ di bioskop. ‘Belenggu’ emang bukan film Indonesia pertama yang kutonton di bioskop, tapi ini film Indonesia pertama yang bikin aku bener-bener penasaran buat cepetan nonton meski tau pasti diputer di TV 3 bulan setelahnya. Aku tau film ini awalnya dari Jawa Pos, dan karena baca itulah aku jadi tertarik. Dan begitu para pemeran utama film ini plus sang sutradara, Upi, nongol di Hitam-Putih, jadilah aku semakin ngebet nonton 😀

Seperti yang udah banyak orang tau (terutama penggemar film-film karya Upi ato at least yang emang tertarik banget nonton film ini), film ini justru film pertama yang dibuat Upi, tapi tertahan 8 tahun karena nggak ada produser yang mau memproduseri film ini karena (alasannya) genre-nya kurang diminati. Tapi aku beruntung karena film ini baru diproduksi taun ini, karena kalo diproduksi 8 taun yang lalu mungkin aku nggak bakal nonton (nggak ada temennya nonton, hehe. Kan sekarang ada Anpanman yang doyan nonton :p ).

poster Belenggu

poster Belenggu

‘Belenggu’ bercerita tentang seorang tokoh bernama Elang (Abimana) yang tinggal di sebuah kota kecil yang penghuninya saling curiga satu sama lain karena terjadi pembunuhan berantai di sana. Elang sendiri sering sekali bermimpi buruk tentang seseorang berkostum kelinci sebagai pembunuh tersebut, dan di dalam mimpinya juga terdapat seorang perempuan yang menurut Elang menjadi kunci utama dari pembunuhan berantai tersebut. Suatu hari, Elang yang bekerja sebagai bartender akhirnya bertemu dengan perempuan dalam mimpinya, Jingga (Imelda), di bar tempat Elang bekerja. Sejak saat itu (ato jauh sebelumnya), Elang pun jatuh cinta pada Jingga dan rela melakukan apa saja demi Jingga.

Awal-awal nonton, aku ngerasa nggak dapet feel dari film ini. Entah emang awalnya kurang ‘menggigit’ ato karena aku nontonnya sama Anpanman jadi kurang berasa kelamnya…. ._. #plak . Ato mungkin juga dikarenakan dialog-dialognya yang kurang enak didengar di telinga (banyak yang diucapkan dalam bahasa baku), jadi ngerasa agak aneh. Tapi semakin lama dan lama nontonnya, malah jadi ikut ngerasain gimana mencekamnya keadaan kota itu dari sudut pandang Elang. Kalo durasi filmnya lebih lama lagi, mungkin mentalku ikutan semrawut kayak Elang @.@

Diliat dari awal sampai setengah jalan cerita film ini hampir pasti siapa pun ngerasa bisa menebak siapa pembunuh berkostum kelinci itu. Ya, begitu juga aku. Dan sebenernya tebakan awalku udah tepat (dari tokoh dan penyebabnya), cuma karena kehadiran tokoh lain yang tampak mencurigakan aku jadi ngira tebakanku salah. Tapi, meskipun bisa nebak pelakunya dan mungkin juga sebabnya, kayaknya nggak bakal ada yang ngira kalo ceritanya jauh lebih kompleks dari yang sudah diterka. Jadi, aku kurang setuju sama judul artikelnya JP ‘Sering Ditolak karena Susah Ditebak’, karena sebenernya film ini sukses bikin penonton ngira bisa menebak jalan cerita film ini, padahal sama sekali nggak! Bahkan, lama-lama aku kesulitan (entah cuma aku ato ada orang lain juga) membedakan mana yang kehidupan aktual (I won’t say ‘realitas’, karena aku percaya realitas cuma ada dalam pikiran setiap individu) Elang, mana yang hanya mimpi. Semua jadi tercampur aduk dan perlu mikir setidaknya beberapa detik buat memastikan ‘ooooh ini cuma mimpinya Elang’ ato ‘oh, ini tadi bagian kehidupan aktualnya Elang toh?’.

 

Belenggu-Bella

Menurutku, akting Abimana Aryasatya di film ini bagus banget (tapi Anpanman bilang aktingnya kurang natural dan masih keliatan berjuang keras buat akting kayak gitu :/ ). Tokoh Elang dimainkan dengan baik, sampai bikin aku ikutan (nyaris) gila. Agak lebay, hehe :p . Tapi, itu semata-mata bukan cuma disebabkan akting Abimana yang oke, tapi menurutku juga karena didukung oleh lighting, sudut pengambilan gambar, dan sound effect yang pas. Akting Imelda Therine dan Jajang C. Noer menurutku juga keren di film ini. Tapi aku nggak begitu terbawa sama aktingnya Bella sebagai Djenar (entah gimana pendapat orang lain), tetangga sebelah kamar apartemen Elang. Kalo dibilang kalah karena akting Abimana yang kuat, kurasa penyebabnya bukan itu. Karena toh Imelda bisa menonjolkan perannya sebagai Jingga waktu beradu peran dengan Abimana.

Daaaaan…sebelum nonton, aku masih nggak paham kenapa nama Imelda Therine dituliskan lebih dulu daripada nama Laudya Cynthia Bella di poster film ini (padahal di poster yang terpampang jelas adalah sosok Bella), bahkan setelah nonton di menit-menit awal. Maklum, di awal-awal, porsi Bella jauh lebih banyak ketimbang Imelda. Imelda awalnya cuma muncul di pembuka cerita dan mimpi-mimpi buruk Elang. Tapi setelah nonton sampai kelar, akhirnya aku paham. Ternyata emang peran Imelda di film ini lebih besar ketimbang Bella.

Overall, nggak sia-sia kalo film ini udah melalui perjuangan panjang nan berat demi mendapatkan produser. I think this unpredictable psychological thriller movie is a must watch! 😀

Frest*a Besar di In**maret Serba Ada

Sepet ya liat tanda bintang (*)? Hahahah :p #plak

—————————————————————————————————–

Ada yang pernah liat produk itu nggak sih? Entah aku yang ndeso ato emang produk ini jarang ada, hari ini, Kamis 21 Februari 2013 aku nemu Frest*a 750 ml.

frestea 750 ml

frestea 750 ml

Awalnya mau berangkat ke Diva, tempat karaoke deket (emang masih di areanya) Giant Margorejo, Surabaya. Eh pas otw, Kuma sms, titip beliin minum (yang akhirnya pada takut minum, takut ketauan pegawainya terus kena charge ~.~). Akhirnya pas lewat jl.A.Yani (nggak jauh dari seberangnya Siwalankerto yang mau ke Petra lah), aku mampir di In**maret. Karena mau karaokean ber-4 (Gita, Osu n Kuma), aku berusaha cari minuman yang agak gede tapi sebiji aja. Maklum, tanggal tua. Eh, pas intip-intip lemari pendingin, nemu Frest*a besar!
Aku udah tau sejak semester 4 ato 5 dulu kalo minimarket ini ada free-wifi (dikasih tau temen kuliah), tapi belum pernah mampir apalagi nyoba. Tapi ternyataaaaa….minimarket ini lebih dari itu. Dia macak kayak Cir**e K, punya froster n dispenser! Bahkan, pengunjung bisa makan ato minum di dalem In**maret ini karena disediain tempat duduk.
Udah gitu, ada tempat nongkrongnya (lahannya lebih luas dari mayoritas minimarket). Emang sih, mnimarket yang punya lahan luas n tempat nongkrong nggak cuma di In**maret A.Yani itu, tapi yang lain ada fasilitas kayak gitu juga nggak ya? Belum pernah masuk sih, cuma pernah mampir di halamannya salah satu minimarket deket Untag, itu pun mau makan takoyaki di sana :p
Ini sih lebih dari Cir**e K, ini udah kayak konbini di Jepang ato minimarket-minimarket di Korea~:D
Yang penasaran, belum pernah ke sana, monggo mampir. Maap nggak ada fotonya (soalnya kamera hpku kualitasnya jelek, plus nggak punya cardreader ato pun kabel data 😥 ), cuma foto si Frest*a besar yang kutemuin di sana. Yang bahkan kayaknya di Al**midi pun nggak ada 😮

Jiraiya Ramen: WOW!!

Pernah liat minimarket yang parkirannya rame setiap abis maghrib? Kalo kamu orang Surabaya, atau lagi di Surabaya, sempetin deh lewat Jl. Diponegoro, tepatnya di seberang Giant. Di sana ada Al**mart yang halamannya nggak luas-luas amat, tapi nggak kecil juga. Tiap sekitar jam 7 malem ke atas, minimarket satu itu pasti rame banget parkirannya, tepatnya dipenuhin sama sepeda motor. Dan motor-motor itu ngendonnya lama banget di sana. Ehhh…..tapi anehnya, mereka parkirnya di lahan paling kiri, berjajar rapi. 😯

Ternyataaaaa….pas di sebelah kiri minimarket itu, masih satu lahan, ada sebuah warung ramen yang kecil bernama Jiraiya Ramen. Dan warung yang didominasi warna merah-item itulah yang bikin parkiran Al**mart itu jadi penuh tiap malem. Warung kecil bisa serame itu? WOW!! 😯

jiraiya ramen vs al**mart

jiraiya ramen vs al**mart

Kemarin Rabu, 20 Februari 2013 aku ke sana bareng Anpanman. Hari itu adalah hari perjuangan, aku ngotot ngajak kencan Anpanman karena udah 1 minggu lebih dikit nggak ketemu, wkwkw :p (oke, yang LDR nggak usah banding-bandingin ya #plak). Akhirnya, hari itu Anpanman sukses nyampe rumah jam 5 sore (padahal biasanya paling cepet nyampe rumah jam 7 malem 😦 ), dan beberapa jam kemudian meluncurlah aku ke rumahnya, nyulik dia buat makan di Jiraiya Ramen (karena tempatnya lebih deket dari rumahnya) karena penasaran banget sama ceritanya pas makan di sana sama temen-temennya. Setelah itu, nggak pake lama kami langsung ke sana.

Nyampe di sana kira-kira jam 8 kurang, dan yang antri………..sadis. BANYAK BANGET, MEEEEN~!! 😯

“Jadi?” tanya Anpanman.

“Jadi laaah, udah nyampe sini,” jawabku. Lagian emang tujuan satu-satunya ya ke sana. Mau muter-muter, tapi lagi gerimis. Kalo Anpanman suka gerimis/ ujan-ujanan n nggak gampang sakit sih nggak papa….. 😥

Kami pun antri…..dan dapet antrian nomer 11. Mampus, itu yang nomer 2 aja belum dapet! #matek

Karena nggak dapet tempat duduk di sekeliling penjualnya, aku n Anpanman akhirnya duduk di bawah pohon yang agak jauh dari warungnya. Sesekali sih Anpanman ke sana, cari tau udah mpe nomer berapa n ngejip tempat duduk juga, hehe :p

Sekitar jam setengah 9 lebih dikit, akhirnya kami dapet tempat duduk. Hooooh….perjuangan banget deh ngedapetin tempat duduk di sana…. ToT

Sekitar 15 menit setelahnya, ramen kami hadir di depan mata. Seafood Ramen n Chicken Ramen (aslinya sih aku pesen yang beef, tapi keabisan duluan…~.~). Selain lauknya, ada mie warna ijo (itu bukan hasil olahan ‘pembuangan’ Gajah Tingti di Kera Sakti, kan? 😯 #plak), kecambah, potongan daun bawang, printilan jagung yang bikin ramen jadi ada manisnya, sesuatu berwarna ijo lainnya yang rasanya kayak ikan…namanya nggak tau apa, tapi kalo ke sebangsa hypermart biasanya ada itu (di deretan makanan beku). Oh iya! Dan ada satu lagi…………nggak tau apa, tapi…kok kayak cengkeh ya? Eh, bukan ya? Eh, nggak tau lah, nggak kumakan soalnya, udah ngebayangin baunya cengkeh duluan, meskipun itu kalah ma bau kuahnya sih @.@. Btw, maap nggak ada foto ramennya, lupa. Saking lamanya nungguin mpe kelaperan banget nget…..

Rasanya keseluruhan? Jangan tanya aku (yang hampir semua makanan kubilang enak, wkwkwk~ #plak), tapi kata Anpanman (yang indera perasanya lebih baik) sih rasanya lumayan. Plus harganya murah banget (seafood Rp 11.000,-, chicken Rp 13.000,-, beef Rp 15.000,-) kalo dibandingin sama resto-resto Jepang kayak Bentoya ato Sushitei (tapi ya emang porsi n rasanya Jiraiya masih kalah). Dan poin paling penting adalah……….salah satu penjualnya CUUUUUUUUUTE~!! :happy: *dikeplak Anpanman* (btw nih standar gantengnya cuma buat orang yang suka cowok bertampang oriental aja ya~)

Kalo mau ke sini sih siap mental aja kalo liat antrian banyak gitu, plus…..JANGANLAH LELAH MENANTI, karena sumpah, aku n Anpanman bahkan baru kelar setengah 10 malem! Dateng jam 8 kurang, dan baru pulang setengah 10! Sugooooooooooiii~ =__________=

Tapi nggak nyesel kok kalo udah nyoba. Murah, rasa lumayan, penjualnya imut! :p #eh

nb: sedih banget pasti itu yang punya lahannya Al**mart, kalah sama yang ‘numpang’ ._.